BPS: Sektor Pertambangan Sendirian Terjebak di Zona Kontraksi Ekonomi
7 November 2025
09:05 WIB
sumber gambar : rmol.id
Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data mengejutkan yang menempatkan sektor Pertambangan dan Penggalian sebagai satu-satunya jenis usaha yang mengalami kontraksi di Indonesia. Pada kuartal III 2025, sektor ini mencatat pertumbuhan minus 1,98 persen secara tahunan, sebuah angka yang kontras dengan capaian ekonomi nasional. Kinerja negatif ini menyoroti tantangan unik yang dihadapi industri vital tersebut di tengah laju ekonomi yang positif. Data ini menjadi penanda penting bagi pembuat kebijakan dan pelaku industri.
Kontraksi yang dialami sektor pertambangan terjadi di saat ekonomi nasional secara keseluruhan menunjukkan kinerja impresif dengan pertumbuhan 5,04 persen. Fenomena ini menunjukkan adanya kecepatan yang tidak merata di antara berbagai mesin penggerak ekonomi Indonesia. Sementara sebagian besar sektor lain berhasil menunjukkan pertumbuhan positif dan berkontribusi pada pencapaian makro, pertambangan justru bergerak ke arah sebaliknya. Disparitas ini menimbulkan pertanyaan mengenai fondasi dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.
Deputi BPS, Moh. Edy Mahmud, secara tegas mengonfirmasi temuan ini dalam sebuah konferensi pers. "Betul bahwa lapangan usaha kategori pertambangan dan penggalian pertumbuhannya negatif," ujarnya, menegaskan validitas data yang telah diumumkan. Pernyataan tersebut menggarisbawahi urgensi untuk memahami lebih dalam faktor-faktor yang mendorong penurunan kinerja sektor ini. Analisis mendalam diperlukan untuk mengidentifikasi akar permasalahan di balik kontraksi.
Sebagai salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia, khususnya dalam penerimaan devisa dan lapangan kerja, kontraksi di sektor pertambangan memiliki implikasi serius. Meskipun BPS tidak merinci penyebab spesifik, penurunan ini bisa jadi dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas global, kebijakan domestik, atau tantangan operasional. Kondisi ini menuntut perhatian khusus dari pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menelaah strategi mitigasi yang efektif. Dampak berkelanjutan dari kontraksi ini perlu dicermati.
Kinerja sektor pertambangan yang sendirian berada di zona merah ini menjadi alarm bagi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Diversifikasi ekonomi dan penguatan sektor non-komoditas menjadi semakin relevan di tengah volatilitas global. Data BPS ini memberikan gambaran konkret tentang pentingnya menjaga stabilitas dan daya saing semua sektor ekonomi. Upaya kolaboratif dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk memulihkan kinerja sektor ini.