Jaga Kelestarian Lingkungan, Tata Kelola Air Penting bagi Industri Tambang
10 November 2025
12:04 WIB
sumber gambar : pict.sindonews.net
Penerapan Good Mining Practices (GMP) bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan mutlak bagi setiap perusahaan yang beroperasi di sektor pertambangan. Penegasan ini disampaikan oleh Sonny Abertiawan, Peneliti Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Ia menekankan bahwa keberlanjutan operasi tambang sangat bergantung pada komitmen terhadap praktik-praktik pertambangan yang bertanggung jawab. Aspek tata kelola air menjadi salah satu pilar utama dalam menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar wilayah operasional.
Tata kelola air memegang peranan krusial dalam seluruh siklus kegiatan pertambangan, mulai dari eksplorasi hingga pascatambang. Air digunakan dalam berbagai proses, seperti pencucian material, pendinginan mesin, hingga upaya mitigasi debu di area tambang. Tanpa pengelolaan yang baik, penggunaan air dapat menimbulkan dampak negatif signifikan terhadap lingkungan dan ketersediaan sumber daya air bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, strategi pengelolaan air yang komprehensif dan berkelanjutan wajib diimplementasikan.
Dampak negatif dari tata kelola air yang buruk dapat mencakup pencemaran badan air, penurunan kualitas air tanah, hingga perubahan hidrologi di suatu daerah. Hal ini tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistem, tetapi juga dapat memicu konflik sosial dengan komunitas lokal yang bergantung pada sumber daya air tersebut. Konsekuensi jangka panjang dari praktik sembrono ini bisa merusak reputasi perusahaan dan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Penegakan regulasi lingkungan yang ketat menjadi kunci untuk memastikan kepatuhan semua pihak.
Good Mining Practices dalam konteks pengelolaan air menuntut perusahaan untuk mengadopsi teknologi dan metodologi terkini. Ini meliputi sistem daur ulang air limbah, penggunaan air secara efisien, serta pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang memadai. Setiap tetes air yang digunakan harus diperhitungkan dan dipastikan aman sebelum dilepaskan kembali ke lingkungan. Pemantauan kualitas air secara berkala juga merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya ini.
Peran akademisi dan peneliti seperti Sonny Abertiawan sangat vital dalam mendorong inovasi dan pengembangan solusi berkelanjutan. Riset-riset yang dilakukan di perguruan tinggi, seperti ITB, memberikan landasan ilmiah bagi perusahaan untuk mengimplementasikan teknologi dan praktik pengelolaan air yang lebih efektif. Kolaborasi antara industri, akademisi, dan pemerintah menjadi jembatan penting untuk mentransformasi temuan penelitian menjadi aplikasi nyata di lapangan. Upaya ini mendukung pencapaian target pembangunan berkelanjutan di sektor pertambangan.
Lebih dari sekadar kepatuhan regulasi, tata kelola air yang baik juga mencerminkan komitmen perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) dan keberlanjutan jangka panjang. Perusahaan yang mampu menunjukkan rekam jejak pengelolaan lingkungan yang prima akan mendapatkan kepercayaan dari pemangku kepentingan, termasuk investor dan masyarakat. Ini menciptakan lingkungan operasi yang stabil dan memungkinkan pertumbuhan bisnis yang bertanggung jawab. Transparansi dalam pelaporan pengelolaan air juga sangat dianjurkan.
Pada akhirnya, menjaga kelestarian lingkungan, khususnya melalui tata kelola air yang efektif, adalah investasi masa depan bagi industri pertambangan. Ini memastikan bahwa sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa mengorbankan hak generasi mendatang atas lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Sinergi antara kebijakan pemerintah, inovasi teknologi, dan komitmen industri adalah kunci untuk mewujudkan visi pertambangan yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab sosial.